Gejala Klamidia pada Perempuan, Salah Satunya Nyeri Rektal

Klamidia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini umum terjadi, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda yang aktif secara seksual. Pada perempuan, klamidia sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, sehingga infeksi ini kerap tidak terdeteksi dan dapat menyebar ke organ lain. Namun, saat gejala muncul, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai, termasuk nyeri rektal.

Gejala utama klamidia pada perempuan melibatkan saluran kemih dan reproduksi, karena infeksi biasanya menyerang serviks atau leher rahim. Salah satu gejala yang paling umum adalah keputihan yang tidak normal, yang mungkin berwarna kekuningan atau berbau tidak sedap. Selain itu, perempuan dengan klamidia juga dapat mengalami sensasi terbakar saat buang air kecil, yang disebabkan oleh iritasi pada uretra.

Nyeri panggul atau perut bagian bawah juga merupakan gejala klamidia yang perlu diperhatikan. Jika infeksi menyebar ke rahim atau tuba falopi, perempuan dapat mengalami penyakit radang panggul (PID), yang bisa menyebabkan nyeri panggul kronis, demam, dan perdarahan di luar siklus menstruasi. PID juga dapat meningkatkan risiko infertilitas jika tidak segera ditangani.

Gejala lain yang mungkin muncul adalah nyeri rektal, terutama jika infeksi telah menyebar ke rektum. Nyeri rektal pada penderita klamidia bisa disertai dengan keluarnya cairan atau perdarahan dari area anus. Nyeri ini sering kali terasa saat buang air besar, dan pada beberapa kasus, bisa disertai dengan peradangan atau bengkak di sekitar anus. Gejala nyeri rektal ini menjadi indikasi bahwa infeksi telah menyebar di luar organ reproduksi, sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut.

Perempuan dengan klamidia juga mungkin mengalami perdarahan di luar menstruasi, terutama setelah berhubungan seksual. Gejala ini terjadi karena peradangan pada serviks yang disebabkan oleh infeksi. Beberapa perempuan juga mengalami demam ringan, kelelahan, dan rasa tidak nyaman pada tubuh sebagai respons tubuh terhadap infeksi bakteri.

Penting untuk diingat bahwa klamidia bisa tanpa gejala pada sebagian besar kasus. Ini berarti seseorang bisa terinfeksi dan menularkan penyakit tersebut tanpa menyadarinya. Oleh karena itu, skrining rutin sangat penting, terutama bagi mereka yang aktif secara seksual, untuk mendeteksi klamidia sedini mungkin.

Jika klamidia terdeteksi, pengobatan dengan antibiotik dapat efektif untuk menghilangkan infeksi. Tanpa pengobatan, klamidia dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti PID, infertilitas, dan infeksi pada organ lain. Menghindari klamidia dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung saat berhubungan seksual, menjalani tes IMS secara rutin, dan menjaga komunikasi terbuka dengan pasangan mengenai kesehatan seksual.